Penantian Liverpool hendak Liga Champions walhasil berkurang sedikit demi sedikit. Dr awal mereka sudah kerumitan menahan lawan “gampang” semacam Ludogorets, lagi pula pasukan bertabur bintang, Real Madrid.
Tadi malam mereka pun kudu surut tahta di “Liga Malam Jumat”, Liga Europa, selepas hanya tampil sama mata 1-1 dgn juara Swiss, Basel.
Liverpool memang mengempik kemenangan buat luput ke bagian 16 gede. Walau demikian terjangan Fabian Frei di dalam menit ke-25 justru memprakarsai mimpi jelek mereka. Jalan Liverpool semakin terjal saat pertentangan sudah beredar satu jam. Lazar Markovic, yg baru masuk di babak ke 2 mengoper Rickie Lambert, harus diusir sama wasit Bjorn Kuipers.
1 buah gol sepak terjang bebas daripada Steven Gerrard pada menit ke-81 pernah menstimulasi asa Liverpool, namun masalah ini enggak cukup buat mengayomi The Reds di sesi perdelapanfinal.
Gerrard, yang diistirahatkan akhir pekan kemarin, balik dipasang jadi starter oleh Brendan Rodgers. Menimbang kehendak buat unggul, si kapten diberi keterlibatan yg lebih menyerang & ditempatkan di belakang striker, Lambert.
Menandakan ini meninggalkan Joe Allen serta Lucas dalam stan jabatan dalam depan empat bek, dengan Jordan Henderson dan Raheem Sterling dalam sisi kanan & kiri. Dgn susunan tokoh ibarat itu, pertunjukan melebar juga terlihat akan menjadi kunci untuk dua fullback mereka.
Tetapi kubu skuad tamu, mereka cuma mencita-citakan hasil draw utk terlepas (dengan sangkaan Ludogorets tdk hendak unggul besar mengelakkan Madrid – yang sepertinya tak perlu berbesar peluang).
Bek pacak usul Argentina, Walter Samuel, disimpan di bangku cadangan serta baru bermain pada sesi ke 2. Gelandang Chile, Marcelo Diaz, juga striker muda, Bre’ el Embolo, pula bernasib serupa secara Samuel.
Pelatih Paulo Sousa betul2 laksana menginstruksikan timnya utk persangkaan bertahan dalam putaran pertama itu. Dgn menyandarkan banyak tokoh muda, mereka jelas bermaksud untuk mempertontonkan permainan klise pada sepakbola ketika tim sedang tiba pada markas lawan: terjangan balik. Walaupun yg tercipta justru sebaliknya, ia dianggap udah sukses melayani permainan Liverpool yang seperti tanpa arah.
The Kop Terlambat Bergolak
Dalam putaran pertama Liverpool memeras keringat buat menyusun kesempatan, tapi sejumlah periode mereka senantiasa terlihat terburu-buru. Padahal pada sesi tersebut mereka makin menghalangi bola (sekitar 56%), mereka gak sering mengunjungi pertahanan Basel.
Lambert untuk striker tunggal tampak terdampar seorang diri dan hampir nggak meraih dukungan. Pada ronde mula-mula itu Liverpool benar-benar tampil buruk juga sedikit pun tak memiliki peluang emas.
Itu ditunjukkan dgn total operan ke lingkungan pertahanan lawan. Walakin nilai yg dicetak cukup besar, antara lain 80 operan, akan tetapi hanya 45 operan yg sukses akurat incaran. Kalau dipandang kian rinci juga, operan mereka yg menyongsong arah tengah (menyatroni Lambert) serta ke dalam ruang penalti hampir selalu gagal.
Begitupun dengan total lesakan di gawang. Liverpool cuma sanggup menciptakan 3 sepakan dengan dua di antaranya akurat incaran, itupun keduanya jatuh akurat dalam tengah-tengah rangkulan kiper. Bandingkan dengan Basel yang di dalam episode mula-mula mampu menyusun 7 lesakan.
Penampilan mereka betul2 membaik selesai turun minum. Alberto Moreno dan Markovic dimasukkan utk menaikkan ketangkasan. Total operan ke pertahan Basel pun bertambah, dengan 90 operan (64 di antaranya pasti bidikan). Tetapi selesai Markovic dikeluarkan, comeback tampak tambah sebagai fatamorgana beri “Si Merah”.